Kamis, 11 April 2013

DEBAT



8 maret 2013
Pagi ini aku kembali berdebat dengan sahabat ku. Rasanya sangat sedih berdebat dengannya karena orang lain. Menurut hemat ku, dia terlalu berlebihan dalam mengambil tindakan. Malu rasanya dengan dosen yang bersangkutan.
Masalah ini sekitar 2 minggu lalu. Aku melakukan kesalahan yang fatal sekali menurut ku. Dari awal aku kuliar di UIR ini pertama kalinya aku tidak ikut menyelesaikan tugas. Aku tidak menyalahkan temanku, aku akui kesalahanku. Aku tidak bertanya apakah tugas kelompok kami sudah selesai atau belum, hal itu terjadi karena aku benar-benar lupa. Kebetulan silabus dipegang oleh temanku.
Saat kelompok pertama yaitu kelompok kami tampil aku berusaha meyakinkan diriku kalau diskusi saat itu akan berjalan dengan baik. Namun, jauh dari apa yang aku perkirakan diskusi kami tidak berjalan baik atau boleh dibilang diskusi kami hancur karena kami tidak menguasai bahan atau materi.
Aku melihat kekecewaan dari dosen yang bersangkutan, karena makalah yang disusun oleh temanku itu jauh dari kata baik apalagi sempurna. Banyak kesalahan dalam makalah itu. Dosen pembimbing mata kuliah kami telah menjelaskan kesalahan dan kekurangan kami dan Al-hamdulillah kami diizinkan untuk mengulang makalah kami.
Merasa diskusi tidak bisa siatasi lagi, akhirnya dengan susah payah aku mengumpulkan keberanianku untuk mengakui kesalahan kami. “ Mohon maaf bu, sebelumnya kami minta maaf atas kekurangan kami karena tidak menguasai materi diskusi hari ini. Jujur  saja bu, yang menyusun makalah ini hanya satu orang dan kami baru mendapatkan copyannya sore ini. Memang ini kesalahan kami tidak bertanya kepada penyusun makalah ini, kebetulan silabus hanya dia yang pegang bu. Namun sebelumnya kami sudah pesankan kalau hendak mengerjakan tugas kelompok tolong kabari kami. Menurut saya bu, kalaupun diskusi ini diteruskan tidak akan efisien. Sekali lagi kami mohon maaf bu, bagaimana jika kami mengulang saja tugas kami ini bu, itupun jika ibu mengizinkannya” kurang lebih seperti itulah pengakuan yang keluar dari mulutku sore itu.
Sudah wajar kalau beliau sebagai dosen marah kepada kami. Mahasiswa semester 6 yang sudah dianggap senior tidak mampu menyelesaikan tugas kelompok dengan baik. Sampai akhirnya beliau menyatakan kami gagal dalam diskusi dan hanya penyusun makalah yang mendapat nilai. Kami patut bersyukur karena beliau mengizinkan kami untuk mengulang makalah sekaligus diskusi setelah seluruh kelompok tampil.
Lama aku merenung samabil mendengar masukan dari dosen pembimbing. Akhirnya aku menemukan sebuah ide yang langsung aku sampaikan kepada anggota lain yang duduk di sebelah kiriku. Aku mengutarakan ideku, bagaimana kalau penyusun makalah yang sudah dapat nilai tidak usah ikut perbaikan. Sebab yang melakukan kesalahan adalah kami. Sedah petautnya kamilah yang mengulang tanpa harus melibatkannya lagi. Kasihan kalau dia harus berfikir dua kali karena kesalahan kami.  Hal itu pun jika penyusun menyetujuinya. Hampir seluruh anggota lain yang mendengarkan ide itu menyetujuinya. Setelah perkuliahan  di tutup oleh dosen. Kami menghampiri temanku yang menyusun makalah. Kami tanyakan mengenai ideku tadi.
“ Kalau aku sudah dapat nilai, nggak ikut perbaikan juga nggak apa-apa” itu kalimat yang dilontarkannya.
Aku langsung menemui dosen pembimbing yang baru keluar dari kelas. Aku sampaikan apa yang sudah kami sepakati kepada beliau dan beliau menyetujuinya “ Begitupun bagus” begitu kata beliau. Sebelum itu, aku tanyakan terlebih dahulu apakan temanku sudah dapat nilai? Beliau mengatakan sudah, tetapi bila dalam diskusi nanti temanku boleh menambahkan jawaban kami. Aku sampaikan kepada temanku yang menyusun makalah tersebut kalau dosen pembimbing mengizinkan hal  itu.
Menurut hemat ku, masalah itu sudah selesai karena kami sudah saling menyetujui. Tetapi tidak untuk temanku yang menyusun makalah tersebut. Dia mengadu kepada sahabat terbaikku yang kebetulan menjabat  sebagai ketua kelas. Namun sayang dia tidak menceritakan yang sebenarnya kepada sahabatku. Tanpa ada rasa bersalah dia mengatakan kalau aku melarangnya untuk ikut perbaikan. Sebenarnya saat itu aku ingin marah, terlebih lagi sahabtku mengintrogasi aku. Seolah aku benar melarang temanku tersebut untuk perbaikan.
“ Aku memang bodoh, tapi gak bodoh-bodoh kali kok, sebelum aku bertanya kepada ibu, aku sudah tanyakan terlebih dahulu sama dia dan dia menyetujuinya. Setelah itu baru aku sampaikan kepada ibu dan ibu juga menyetujuinya. Lalu menurutmu masih aku yang salah? Kalau memang dia mau ikut perbaikan mengapa tidak bicara langsung kepada kami?” dengan susah payah aku menahan emosiku saat menyampaikan itu kepada sahabatku.
Kecewa sekali saat tadi pagi sahabatku  mengatakan kalau dia sudah menelpon dosen pembimbing sepulangnya dai dari kos ku minggu lalu. Entah mengapa aku merasa sahabatku sudah bertindak terlalu jauh atau mungkin memang aku yang bodoh. Sahabtku mengatakan “ sebanyak orang baru ibu yang menyalahkan tindakanku ini”. Saat itu aku bertanya dalam hatiku, sebodoh inikah aku sampai hal seperti ini harus bergulir seperti piala dari temanku kepada sahabatku lalu bergulir lagi kepada dosenku.
Sebagai mahasiswa yang melakukan kesalahan secara pribadi aku malu kepada dosenku. Menurutku, akan lebih baik jika sahabatku mendiskusikannya terlebih dahulu kepada kami berdua. Tapi, sudahlah! Beras sudah menjadi nasi, tidak akan mungkin lagi berubah menjadi beras.
Kemarin setelah mata kuliah usai, aku tidak mengetahui apa tujuan temanku hendak bertanya lagi kepada dosen pembimbing mengenai perbaikan makalah kami. Secara tidak langsung pikiran negatif bermain-main di kepalaku. Beginikah caranya untuk mencemarkan namaku, astaghfirullahal’azim!!! Aku pasrahkan semuanya.
Dan pagi tadi aku benar-benar tidak dapat membendung air mataku yang telah menyesakkan dadaku. Mungkin itu pemikiranku saja, sabahatku lebih  berpihak kepada temanku daripada ke aku sahabatnya sendiri yang sudah dia kenal lebih dari orang lain mengenalku. Hal itu terbukti dari caranya menyudutkanku dan berusaha membantu temanku  untuk bertemu dengan dosen pembimbing. Ya, walau hal itu tidak sempat terjadi tetapi adanya rencana telah mengganggu pikiranku.
Sahabatku selalu mengatakan aku tidak membela siapa-siapa. Dalam hal ini aku tidak memandangmu sebagai sahabatku. Tepai entah mengapa aku tidak merasa demikian yang aku yang merasakan perlakuannya  bukan dia.Aku berusaha bersikap senetral mungkin, walau sebenarnya hatiku kecewa atas sikap sahabatku. Apakah dia tau bagaimana aku berusaha untuk diam tanpa mengungkit semua itu kepada temanku. Hati kecilku ingin menghampirinya dan menanyakan semuanya, tapi aku khawatir kalau ujung-ujungnya semakin memanas.
Allah, aku serahkan semua kepada-Mu!
Tapi aku mohon jangan jadikan aku manusia pendendam. Berikan aku kesabaran walau banyak orang yang menghina dan menjengkali kemampuanku yang tidak seberapa ini. Aku yakin Engkau yang lebih tau mana yang terbaik untukku.
Untukmu wahai sahabatku, terimakasih telah mau mendengar cerita dan keluh kesahku hari ini. Maafkanlah aku jika kata-kataku hari ini melukaimu. Jika aku terlalu bodoh hingga menyalahkan tindakanmu yang aku yakin semua itu untuk kebaikan bersama di kelas kita.
Aku yakin engaku yang lebih mengenal dan memahami aku daripada teman-teman lain. Engkau juga dapat menilai semua itu!!

HARI..........



31 maret 2013
Hari ini perasaanku sungguh tidak tenang. Pikiranku tidak lepas dari sahabatku. Aku bertanya-tanya dalam hatiku. Ini masih jarak yang terlalu dekat, bagaimana jika dia meninggalkanku lebih dari ini?
Ya Allah….. terlalu menyedihkan memiliki rasa cemas ini. Apapun yang aku lakukan dari tadi malam, tidak terlepas pikiranku darinya. Mudah-mudahan dia baik-baik saja. Lebay..ya, kelihatannya terlalu lebay. Tapi, inilah aku Juliana. S yang selalu peduli kepada sahabatku. Mereka senyuruh aku untuk tidak usah pedulikan dia. Sekeras apapun aku mencobanya, tidak akan pernah berhasil. Karena aku tidak sanggup kalau aku tidak peduli padanya. Walau itu hanya sepenggal do’a.
Huff….mudah-mudahan jauh dari hal-hal negatif..
Ayo july, kamu bisa…dia pasti akan baik-baik saja… tidak pamit padamu bukan berarti dia lupa, yakinlah dia punya alasan tersendiri mengapa dia tidak pamit padamu july… semangat dan berpikiranlah yang positif.

GUNDAHKU



2 maret 2013
Gundah hatiku semakin terasa menyesakkan dadaku!!! Aku mau menangis, aku mau berteriak……………….
Ya Allah ya Tuhanku………………
Sesak dadaku menghadapi semua ini,,,,
Apakah ini bertanda akan berakhirnya kehidupanku??
Sungguh tak dapat aku membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya!!!!
Ya  Allah ya Tuhan ku…
Berikan kami kekuatan dan ketabahan………….
Adik ku sayang,,tabahkan hatimu dan kuatkan imanmu.
Bunda,,, yakinlah kita akan baik-baik saja.
Ayah,,,,tenanglah,,Allah tidak tidur. Allah pasti akan memberikan cahaya kebahagiaan-Nya untuk kita.
Kakak ku sayang,,,, bersabarlah, jangan sampai emosi menguasai hati kita…
Saat ini aku beban keluarga,,tapi aku yakin ini tidaak akan berlangsung lama….
Akan aku raih cahaya kebahagiaan itu, dan akan aku persembahkan untuk keluarga ku!!!!

AKU CINTA.....




Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering kangen sama dia. Rasanya aku kena virus kangen dech. Dan hari ini (5 maret 2013) aku mendapat satu kalimat yang benar-benar mengena ke diriku. Dosen semantikku mengatakan, “orang paling bodoh di dunia adalah orang yang tidak mampu negucapkan kalimat AKU CINTA KAMU/ I LOVE YOU ke pada orang yang kita sukaI”.
Hari ini aku baru menyadari kalau aku orang yang lemah soal kejujuran mengenai perasaanku. Dan perasaan suka ini hanya untuk lawan jenis yakni kaum adam.
Dosenku tadi memintaku untuk bercerita tentang kalimat AKU CINTA KAMU/I LOVE YOU, tapi aku Cuma senyum aja, apa yang akan aku ceritakan berkenaan dengan kalimat itu? Hal ini hanya untuk lawan jenis kita atau lebih ke arah pacar. Sementara aku tidak pernah punya pacar. Hahahhhahah lucu yach, katanya jaman sekarang gak punya pacar? Gak gaul dech!! Huuuuffft mau baghaimana lagi. Inilah aku!
Ingatanku kembali ke semester 4 lalu, bagaimanaa sahabat ku memintaku untuk menjadi kekasih or pacar gitu dech..  Sebenarnya berat untuk menceritakan hal ini lagi, aku suka sedih kalau lagi ingat masa-masa itu. Tapi hari ini mau tak mau aku terbawa ke suasana semester 4 lalu.
Aku tak sanggup mengatakan “ Ya, aku juga cinta sama kamu”. Karena aku telalu kritis dalam berfikir. Bagaimana tidak, terlalu banyak resiko yang harus aku pertimbangkan sebelum aku memberikan jawaban.
Konsekwensi yang harus aku terima andai dulu aku menerimanya:
1. Kalau putus gak akan bisa bersahabat lagi.
2. Kalau lagi marahan akan malas kuliah.
3. Akan jeles or cemburu kalau dia dekat dengan cewek-cewek lain.
4. Kalau sudah tidak sejalan akan ada benci.
5. Kalau aku menerimanya, berarti aku melanggar komitmen diriku.
6. Dan masih banyak lagi…..
Dan Alhamdulillah semua itu tidak terjadi.
Tapi yang parah saat itu adalah :
1. Dia cuekin aku.
2. Aku cuekin dia.
3. Aku eneg lihat dia di kampus.
4. Aku malas untuk ikut diskusi kalau ada dia di depan.
5. Berusaha menjauhi dan menghindari bertatap muka dengannya.
6. Lebih  banyak diam.
7. Sakit hati rasanya kalau dia berduaan dengan tuh cewek di kelas.
8. Muak lihat wajahnya kalau lagi bercanda dan berdua-duaan di kelas.
9. Aku jadi sering uring-uringan sendiri
10.         Masih banyak lagi…..
Belum genap 2 bulan aku tidak bisa menerima tawarannya untuk menjadi pacarnya. Tapi aku mengijinkannya untuk mencintaiku. Jawabnku saat itu kurang lebih seperti ini:
“ Kalau kita jodoh, pasti kita akan bersatu. Aku tidak bisa menjadikanmu pacarku karena kamu sahabat ku. Aku tidak mau persahabatan kita akan rusak andai aku menerimamu dan kita putus. Tidak selamanya cinta itu harus diungkapkan dengan kata-kata, kamukan dapat melihatnya dari sikap aku selama ini sama kamu”.
Karena dia meninggalkan aku dan bersama dengan wanita lain di depan mataku telah merubah paradigma ku terhadapnya. Aku menganggapmu sebagai lelaki yang mudah jatuh cinta dan itu hal yang sangat bertolak belakang denganku. Aku adalah tipikel  yang susah banget jatuh cinta. Saat aku sedang mencari dan mengolah hatiku untuk mencari tau apakah aku mencintaimu. Kamu telah pergi meninggalkanku dan kejadian itu adalah hal yang paling menyakitkan selama aku dekat denganmu.
Andaikan dulu aku menerimamu, akankah saat ini kita masih dapat dekat seperti sekarang? Suatu pertanyaan yang tidak dapat aku tebak jawabannya. Yang jelas semua itu telah aku jadikan pelajaran yang paling berharga dalam kehidupanku kedepannya. Kalau cinta ungkapkan saja, jangan sampai nantinya kita yang akan menyesal.
Biarlah semua itu menjadi cerita kita di hari yang akan datang. Banyak mengatakan kalau kita akan berjodoh. Hahahhah benarkah itu? Aku sich Cuma bilang “ kalau jodoh aku akan menyambutnya dengan senyuman dan bersyukur kepada Allah, tetapi jika tidak jodoh apa hendak dikata, berarti aku tidak diciptakan untuknya dan dia tidak diciptakan untukku. Mungkin Allah telah menyiapkan orang yang lebih tepat untuk kami”.
Tetapi kalau di tanya hati kecilku sebenarnya entah ego atau apalah namanya.. “ AKU MEMANG MENGHARAPKAN HAL ITU” hehehehehh tidak salah dunk membuat mimpi kehidupan…
Aku hanya bisa mengucapkan terimaksih kepada dosen ku hari ini. Semoga aku bisa menjadi orang yang lebih open lagi terhadap perasaanku dan lebih mengerti keinginan orang-orang yang mencintaiku. Melalui tulisan ini akan aku coba mengatakan hal itu…
……AKU CINTA KAMU OR I LOVE YOU SEBAGAI SAHABATKU………..