Selasa, 06 Maret 2012

IMBUHAN GABUNG MEMPER-KAN DAN DIPER-KAN

KARYA TULIS ILMIAH
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA LANJUT
IMBUHAN KATA KERJA MEMPER- KAN DAN DIPER-KAN DALAM BAHASA INDONESIA


KELOMPOK 3
FEBRIZA CAHYANE
FITRI ANGGORO SARI
ILAM SARTIKA
JULIANA. S
JUNIDA PARAMITA
SUMIARTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2011/ 2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi kami kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dan tidak lupa pula kami ucapkan solawat dan salam kepada ruh junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya dihari akhir nanti.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Dosen yang mengasuh mata kuliah morfologi bahasa indonesia lanjut dikelas 4B. Semoga Ibu selalu mendapatkan rahmat dari Alla S.W.T dan semoga Ibu selalu diberi kesehatan. Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan – rekan yang telah membantu kami menyelesaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.

BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan akhiran. Dalam hal ini terdapat dua macam penggabungan, yaitu penggabung yang dilakukan secara serempak dan penggabungan yang dilakukan secara bertahap. Hal yang pertama, misalnya terjadi pada kata kekuatan, perdebatan, pemukulan. Dalam  hal ini ke-an, per-an dan peN-an secara serempak membentuk ketiga kata bentukan di atas dengan menggunakan kata dasar kuat, debat dan pukul. Karena kedua macam imbuhan itu masing-masing tidak berdiri sendiri, maka makna yang dikandungnya pun merupakan satu kesatuan. Imbuhan seperti itu disebut dengan istilah konfiks. Lain halnya dengan me-kan, per-kan, memper-kan. Misalnya pada kata menggunakan, pergunakan, mempergunakan. Dalam hal ini akhiran kan lebih dahulu berfungsi pada kata bentukan itu daripada me-, per-, memper-. Bentukan imbuhan seperti ini tidak sama fungsinya dengan konfiks.

BAB II. PEMBAHASAN
2.1  Kajian Relevan
A.      Imbuhan Gabung memper – kan
Yang dimaksud dengan imbuhan gabung memper – kan adalah awalan me-, awalan per-, dan akhiran –kan yang digunakan bersama – sama pada sebuah kata dasar, atau pada sebuah bentuk dasar.
Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula – mula pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar diimbuhkan awalan per- dan akhiran –kan secara bersamaan dan kemudian  diimbuhkan pula awalan me- . Contohnya pada kata dasar tunjuk mula – mula diimbuhkan awalan per- dan akhiran –kan secara bersamaan sehingga menjadi pertunjukan, dan kemudian diimbuhkan lagi awalan me- sehingga menjadi kata mempertunjukkan.
Fungsi imbuhan gabung memper - kan adalah membentuk kata kerja aktif transitif. Sedangkan makna yang dimiliki sebagai hasil dari proses pengimbuhannya, antara lain yaitu:
1)     Menjadikan bahan
2)     Menjadikan supaya
3)     Menjadikan per – an
4)     Menjadikan dapat di-
5)     Menjadikan ber-
Aturan pengimbuhan gabung memper- kan adalah sebagai berikut :
1)     Untuk mendapatkan makna ‘ menjadikan sebagai bahan ‘ imbuhan gabung memper – kan harus diimbuhkan pada kerja tertentu. Contoh :
-          Mereka masih saja memperdebatkan persoalan itu.
Memperdebatkan artinya ‘ menjadikan ( persoalan itu ) sebagai bahan perdebatan’.
-          Tidak baik mempermainkan orang tua seperti itu.
Mempermainkan artinya ‘ menjadikan ( orang tua seperti itu ) sebagai bahan permainan’.
2)     Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan supaya’ imbuhan gabung memper-kn harus diimbuhkan pada kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan. Contoh :
-          Kamu harus mempersiapkan diri sebaik – baiknya.
Mempersiapkan artinya ‘menjadikan ( diri ) supaya siap’.
-          Saya ingin memperkenalkan kamu pada ayah saya.
Memperkenalkan artinya ‘menjadikan ( kamu ) supaya berkenalan’.
3)     Untuk mendapatkan makna ‘melakukan per-an’, imbuhan memper-kan harus diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar yang memiliki kata benda berbentuk per-an. Contoh :
-          Mereka mempertahankan benteng itu.
Mempertahankan artinya ‘melakukan pertahanan’.
-          Sctv akan mempersembahkan kesenian daerah
Mempersembahkan artinya ‘melakukan persembahan’.
4)     Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan dapat di…’ imbuhan gabung memper-kan harus diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar kata kerja. Contoh :
-          Saya memperlihatkan naskah aslinya.
Memperlihatkan artinya ‘menjadikan dapat dilihat’.
-          Ami mempertontonkan kepandaiannya bermain piano.
Mempertontonkan artinya ‘menjadikan dapat ditonton’.
5)     Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan ber….’ Imbuhan bagung memper-kan harus diimbuhkan pada beberapa bentuk dasar yang memiliki kata kerja berbentuk ber-. Contoh :
-          Saya akan mempertemukan Anda dengan Beliau.
Mempertemukan artinya ‘menjadikan bertemu’.
-          Janganlah Anda mempersekutukan Allah.
Mempersekutukan artinya ‘menjadikan bersekutu’.
B.      Imbuhan Gabung diper – kan
Imbuhan gabung diper-kan berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan kata kerja aktif berimbuhan gabung memper-kan. Semua kata kerja aktif berimbuhan gabung memper-kan adalah kata kerja transitif. Oleh karena itu, setiap kata kerja berimbuhan gabung memper-kan ada kebalikannya dalam bentuk kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-kan. Contoh :
Kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-kan
-          Dipergunakan
-          Dipertentangkan
-          Dipersembahkan
-          Dipertemukan
-          Diperkenalkan
Sebagai kebalikan kata kerja aktif transitif berimbuhan memper-kan :
-          Mempergunakan
-          Mempertentangkan
-          Mempersembahkan
-          Mempertemukan
-          Memperkenalkan
Imbuhan gabung diper-kan digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya. Contoh :
-          Kami diperkenalkan paman kepada anak buahnya.
Kata kerja       pelaku
-          Acara ini dipersembahkan oleh TVRI stasiun Pekanbaru.
     Kata kerja                          pelaku


2.2  Teori
Masnur Muslich (2010 : 39-41 ) Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata – kata baru. Abdul Chaer ( 2008 : 106 ) Afiks adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina maupun berkategori ajektiva.
Menurut Hasan Alwi dkk ( 2008 : 31 ) Afiks adalah bentuk terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Meurut Drs. M. Ramlan ( 1978 : 48 ) Afiks ialah suatu unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan – satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Menurut Dra. Charlina,M.Hum dan Drs. Mangatur Sinaga ( 2007 : 29 ) Afiks ialah proses pembentukan kata – kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu mungkin berupa pokok kata, kata, dan kelompok kata. 

BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang dimaksud dengan imbuhan gabung memper – kan adalah awalan me-, awalan per-, dan akhiran –kan yang digunakan bersama – sama pada sebuah kata dasar, atau pada sebuah bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula – mula pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar diimbuhkan awalan per- dan akhiran –kan secara bersamaan dan kemudian  diimbuhkan pula awalan me- . Imbuhan gabung diper-kan berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan kata kerja aktif berimbuhan gabung memper-kan. Semua kata kerja aktif berimbuhan gabung memper-kan adalah kata kerja transitif. Oleh karena itu, setiap kata kerja berimbuhan gabung memper-kan ada kebalikannya dalam bentuk kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-kan.

3.2 Saran
Kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca karya tulis ini, karena kami menyadari kekurangan kami. Mungkin saja dalam karya tulis kami ini terdapat banyak kesalahan, dari itu kami sangat berterimakasih sekali jika ada kritikan dan saran dari pembaca. Demi mendapatkan karya tulis yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Ramlan. 2005. Morfologi Suatu Tujuan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Sinaga, Mangatur. 2007. Morfologi. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.