Selasa, 20 Desember 2011

HAKIKAT BAHASA

KARYA TULIS ILMIAH
HAKIKAT BAHASA

DOSEN : Drs. Jamilin Tinambunan, M.Ed.







DISUSUN OLEH :
JULIANA. S



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2011

KATA PENGANTAR

Pertama sekali saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat – Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dan yang kedua, tidak lupa solawat dan salam kepada ruh junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W. karena perjuangan beliau kita semua bisa merasakan indahnya dunia.
Karya tulis ini saya susun dalam waktu satu minggu, sungguh waktu yang sangat singkat. Namun saya berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik mungkin. Adapaun judul yang saya angkat dalam karya tulis ilmiah ini yaitu, Hakikat Bahasa. Karya tulis ilmiah ini saya tujukan untuk semua kalangan, terutama mahasiswa Bahasa Indonesia. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, mustahil karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan. Untuk itu, sangatlah patut jika saya mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah membantu saya. Terimakasih untuk sarannya dan terimakasih telah meminjamkan saya laptop untuk mengetik karya tulis ilmiah ini. Semoga kebaikan rekan – rekan semuanya dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan imbalan berlipat ganda. Amin. Dan terimakasih yang sebanyak – banyaknya kepada bapak Drs. Jamilin Tinambunan, M.Ed. selaku dosen pengasuh mata kuliah Menulis. Bapak telah banyak mengajarkan kepada kami mahasiswa kelas 3B bagaimana menulis dengan baik dan benar. Dan karya tulis ini adalah salah satu bentuk  aplikasi dari materi – materi yang telah bapak ajarkan. Semoga bapak selalu dalam keadaan sehat wal afiat agar tetap bisa membagi ilmu pengetahuan kepada kami. Semoga semua kebaikan bapak, akan membawa bapak kepada kehidupan yang lebih baik. Amin.


                                                                                                                                    i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                               i
Daftar Isi                                                                                                         ii
BAB I.  PENDAHULUAN                                                                                 1
1.1              Latar Belakang Masalah                                                                               1
1.2              Tujuan Penulisan                                                                                          1
1.3              Ruang Lingkup                                                                                              2
1.4              Kerangka Teori                                                                                             3
1.5              Pembahasan                                                                                                  3
1.6              Hasil Penulisan                                                                                              14
Kesimpulan                                                                                                    15
Saran                                                                                                              17
Daftar Pustaka                                                                                               18







ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan berkelompok – kelompok. Dalam kelompok itu mereka melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi kehidupan dan sekaligus mempertahankan kehidupan mereka. Salah satu kegiatan mereka adalah berkomunikasi, wadah berkomunikasi yang paling dominan adalah bahasa.
Keanekaragaman bahasa terkadang disalahgunakan oleh sebagian orang, dengan kata lain pemakai bahasa itu tidak tahu situasi dan kondisi seperti apa bahasa yang seharusnya digunakan. Kenyataannya dalam situasi formal pun masih menggunakan bahasa daerah dan bahasa asing. Karena masalah itulah saya ingin kita menyadari bagaimana hakikat bahasa itu sebenarnya. Dan bagaimana seharusnya kita menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan kita.


1.2            Tujuan Penulisan
Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami bagaimana sebenarnya hakikat bahasa. Sesuai dengan jurusan yang sedang saya jalani, materi ini sangatlah penting untuk saya dan mungkin rekan – rekan yang lain. Saya ingin lebih mendalami hakikat bahasa dan berbagi ilmu dengan rekan – rekan kelas 3B. Selain dari itu, tujuan saya menyusun karya tuis ilmiah ini yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester dari Bapak dosen mata kuliah Menulis. Sebagai seorang mahasiswa saya menyadari betapa sangat pentingnya tugas yang diberikan oleh dosen, kalau menurut saya ini bukanlah suatu beban tapi media pembelajaran dan pengaplikasian materi yang selama ini diberikan oleh dosen kepada saya dan rekan – rekan yang lain.


1.3            Ruang Lingkup

Beberapa defenisi bahasa menurut para ahli dapat kita lihat di bawah ini :
1.      Berber dalam nukunya The Story of Language ( 1964 : 21 ) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu system tanda yang berhubungan dengan lambang bunyi – bunyi suara dan digunakan oleh suatu kelompok masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerja sama.
2.      Badadu dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III ( 1989 : 3 ) mengatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu – individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa.
3.      Kridalaksana dalam bukunya Kamus Linguistik ( 1983 : 17 ) mengatakan bahwa bahasa adalah system yang arbiter, yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
4.      Keraf dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia ( 1984 : 16 ) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh lat ucap manusia.
5.      Sapir dalam bukunya Language ( 1921 : 8 ) mengatakan bahwa bahasa metode atau alat penyampai ide, perasaan, dan keinginan yang sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol – simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan sukarela.
Dari  semua pendapat para pakar linguistik di atas, dapat diperhatikan bahwa ada tiga sifat bahasa yang sama – sama mereka utamakan yaitu bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat. Jelas sudah, bahwa semua lapisan masyarakat perlu belajar dan mengetahui bagaimana hakikat bahasa yang sebenarnya.

1.4            Kerangka Teori

Teori dalam karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
Hakikat Bahasa
1.1              Bahasa sebagai Simbol
1.2              Bahasa sebagai Bunyi Ujaran
1.3              Bahasa sebagai Arbiter
1.4              Bahasa sebagai Konvensional
1.5              Bahasa sebagai Sistem
1.6              Bahasa Bermakna
1.7              Bahasa Bersifat Produktif
1.8              Bahasa Bersifat Universal
1.9              Bahasa Bersifat Unik
1.10         Bahasa Bervariasi
1.11         Bahasa sebagai Identitas
1.12         Bahasa Bersifat Hierarkis
1.13         Bahasa Besifat Horizontal dan Vertikal
1.14         Bahasa Beranalogi, tetapi Tidak Mutlak
1.15         Bahasa Diujarkan dan Diperdengarkan
1.16         Bahasa sebagai Pembeda Manusia dari Hewan
1.17         Bahasa sebagai Komunikasi
1.18         Bahasa dan Kebudayaan 

1.5            Pembahasan

HAKIKAT BAHASA

1.1            Bahasa sebagai Simbol
1.1.1          Pengertian Simbol
              Simbol atau lambang adalah sesuatu yang dapat melambangkan dan mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara arbiter, konvensional, dan representatif – interpretatif. Dalam hal ini, tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara yang melambangkan ( menyimbolkan ) dengan yang dilambangkan ( disimbolkan ). Dengan semikian, baik yang batiniah ( inner ) seperti perasaan, pikiran, ide maupun yang lahiriah ( outer ) seperti benda dan tindakan dapat dilambangkan atau diwakili simbol.
1.1.2          Simbol dan Manusia
              Manusia senantiasa bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun kenyataan batianiah, yang disimbolkan karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, perasaan, dan tindakan manusia. Dengan demikian, simbol merupakan realitas lahir – batin yang merepresentasikan misteri kehidupan manusia dan lewat interpretasi, simbol  dapat menghadirkan dan menunjukkan eksistensi manusia.
1.1.3          Jenis – Jenis Simbol
              Pada hakikatnya, simbol dapat dibagi atas lima jenis :
1.      Simbol verbal atau simbol bahasa ( verbal symbol ) yaitu simbol berupa kata – kata, baik lisan maupun tulisan. Misalnya, hidup, berjuang, dan tabah.
2.      Simbol matematik ( mathematical symbol ) yaitu simbol berupa satuan matemtika. Misalnya, ( -), ( + ), ( x ), ( : ).
3.      Simbol kinetik ( kinetic symbol ) yaitu simbol berup gerak – isyarat ( gestue ). Misalnya, anggukan kepala untuk melambangkan persetujuan, daan geleng kepala untuk melambangkan ketidak setujuan.
4.      Simbol fisik ( physical symbol ) yaitu simbol yang nyata dapat diraba. Misalnya, bendahara, patung, ukiran, dan benda – benda lain yang digunakan sebagai lambang.
5.      Simbol proksemika ( proxemic symbol ) yaitu simbol berupa sikap dan penjagaan jarak. Misalnya, tepukan bahu merupakan lambang hubungan keakraban dan biasanya orang yang menepuk mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang ditepuk.
1.1.4          Simbol Bahasa
              Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena manusia sebagai makhluk biologis harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Bahasalah yang memungkinkan terjadinya interaksi dalam masyarakat. Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan dipergunakan oleh kelompok masyarakat tertantu.

1.2            Bahasa sebagai Bunyi Ujaran
Bunyi sebagai ujaran mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling penting adalah bunyi ujaran. Kita harus memegang kenyataan itu apabila kita hendak mempelajari, mendeskripsikan atau menganalisis sesuatu bahasa. Sebagaimana dikatakan Bolinger ( 1975 : 16 ) bahwa bahasa adalah bunyi dapat dibandingkan dengan bahwa rumah tertentu adalah kayu. Kita dapat membayangkan bahan – bahan lain, tampaknya seolah – olah satu – satunya alat yang kita miliki adalah alat untuk mengerjakan kayu.

1.3            Bahasa sebagai Arbiter
Penegrtian arbiter dalam studi bahasa adalah manasuka, asal bunyi atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol ( lambang ) dengan yang dilambangkannya. Dengan kata lain, arbiter berarti dipilih secara acak tanpa alasan sehingga secara tepat apabila bahasa itu tidak diketahui.
Secara leksikal, kita dapat melihat kearbiteran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa Indonesia, biang dalam bahasa Batak Toba, dog dalam bahasa Inggris, dan hond dalam bahasaBelanda. Keempat bahasa tersebut ( Indonesia, Batak Toba, Inggris dan Belanda ) mempunyai kata yang berbeda  untuk menyatakan konsep yang sama.
1.4            Bahasa bersifat Konvensional
Istilah konvensi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau anggapan bahwa kata – kata sebagai penanda tidak mempunyai hubungan interaksi atau inheren dengan objek atau konsep yang ditandainya, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan secara arbiter.
Konvensi bukan hanya berlaku untuk tataran morfologi atau leksikal, melainkan juga untuk tataran  fonemis, sintaksis, dan semantic. Baik bunyi atau fonem, morfem maupun kalimat yang digunakan dalam suatu bahasa merupakan suatu konvensi.

1.5            Bahasa sebagai Sistem
Sistem adalah susunan hubungan berpola dan teratur yang merupakan organisasi bahasa, yang tiap – tiap hubungan itu berfungsi menurut kaidah – kaidah tertentu untuk memungkinkan masyarakat bahasa berkomunikasi.
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola atau kaidah sehingga mempunyai kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Bahasa secara keseluruhan ditandai sebagai suatu sistem dan sering juga ditandai sebagai suatu susunan beberapa sistem yang diatur secara hierarkis. Berdasarkan inilah sehingga dua istilah yang berakar dari sistem patut dibicarakan dalam hal ini. Kedua istilah itu ialah sistematis dan sistemis.

1.6            Bahasa Bermakna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada sesuatu bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di luar bahasa atau semua hal yang ditunjukkannya. Sebagaimana disebutkan di atas, bunyiujaran yang terwujud menjadi suatu bentuk kebahasaan tidak dapat dipisahkan dari makna atau arti karena makna itulah yang mengesahkan bahwa suatu bentuk manjadi  bentuk kebahasaan, baik itu fonem, morfem, frase maupun wacana. Dengan kata lain, suatu bentuk atau bunyi bukanlah bahasa apabila tidak bermakna.
Berdasarkan beberapa kemungkinan yang terdapat dalam makna maka makna dapat dibagi atas :
1.      Makna leksikal yaitu makna unsur – unsur bahasa terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksikal ini sering disebut makna sebagaimana yang terdapat dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya, kata laki – laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
2.       Makna kiasan yaitu makna unsur – unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya, buah bibir mempunyai makna menjadi pembicaraan atau omongan orang.
3.      Makna kontekstual yaitu makna unsur bahasa yang didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan. Misalnya, kata bagus dapat berarti jelek ketika seorang ayah mengejek anaknya yang malas belajar dengan menggunakan kalimat patutlah nilaimu sangat bagus.
4.      Makna gramatis yaitu makna yang diperoleh berdasarkan hubungan unsur – unsur bahasa dalam satuan – satuan yang lebih besar. Misalnya, kata mencintai pada kalimat Dia mencintai gadis itu bermakna sebutan atau perbuatan aktif.
1.7            Bahasa Bersifat Produktif
Istilah produktif dalam studi bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk menghasilakan terus – menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur – unsur baru. Prefiks / meN- / dan / di- /, misalnya dapat melekat pada setiap kata kerja dan fungsinya masing – masing membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia. Apabila ada seribu kata kerja  makna dari seribu kata kerja tersebut dapat dibentuk dua ribu bentuk baru hanya dengan prefiks / meN- / dan / di- /. Misalnya :
meN- + paksa                         memaksa
meN- + bahwa                                   membawa
meN- + fitnah                                     memfitnah
meN- + protes                                   memproses
meN- + tulis                                       menulis

1.8            Bahasa Bersifat Universal
Kata universal adalah istilah yang sering dipergunakan  di dalam  berbagai disiplin ilmu dan juga kata yang sering kita dengar dalam kegiatan sehari – hari. Secara umum, boleh dikatakan bahwa universal adalah karakteristik atau sifat umu yang dibedakan dari masalah -  masalah individual dan yang berlaku untuk setiap orang. Bahasa memang merupakan sesuatu yanag universal dalam kehidupan manusia. Spir ( 1949 : 22 ) mengatakan bahwa tiada fakta bahasa yang lebih umum daripada keuniversalannya.
Penegrtian bahasa universal atau bahasa adalah universal menunjukkan bahwa bahssa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Inilah pengertian yang pertama. Pengertian kedua lebih mengacu pada sifat internal bahasa itu sendiri. Jadi, pengertian universal di sini adalah kategori linguistic yang dimiliki atau berlaku umum untuk semua bahasa. Apabila pengertian pertama dinyatakan sebagai bahasa yang dimiliki dan berlaku untuk setiap  orang, dalam pengertian kedua dinyatakan sebagai  kategori, unsur atau tataran yang dimiliki dab berlaku untuk setiap bahasa.
1.9            Bahasa Bersifat Unik
Di balik kesemestaan bahasa terdapat keunikan. Apabila kesemestaan dianggap sebagai sesuatu yang umum dimiliki oleh setiap bahasa, keunikan dipandang sebagai sesuatu yang lain atau tersendiri dimiliki oleh sesuatu bahasa. Jadi, unik dalam pengertian studi bahasa adalah kategori bahasa yang  tersendiri bentuk dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa memang mempunyai kelainan atau perbedaan jika dibandingkan dengan bahasa lain. Keunikan bahasa menimbulkan keasikan pada penelitiandan ahli bahasa. Karena keunikan tersebut, sesuatu bahasa diperlakukan sebagai objek yang otonom yaitu yang mempunyai dunianya sendiri sehingga perlu dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
1.10       Bahasa Bervariasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa variasi adalah bentuk yang dipakai sebagai alternate untuk menggantikan yang asli, yang  mula atau yang baku. Istilah ini kemudian digunakan dalam bidang sosiolinguistik dan stilistika ( Crystal, 1983 : 372 ) yang mengacu pada sistem ekspresi linguistic yang dipengaruhi oleh variable – variable.
Ferguson dan Gumperz mengatakan bahwa variasi adalah ( Allen, 1973 : 92 ) pola – pola ujar manusia yang cukup homogeny untuk dianalisis dengan menggunakan teknik deskripsi sinkronis yang tersedia dan yang mempunyai sejumlah besar repertorium unsur – unsur dan susunan – susunan atau proses – prosesnya memiliki cakupan  semantic yang cukup luas untuk dapat berfungsi dalam segala konteks komunikasi normal.
1.11       Bahasa sebagai Identitas
Identitas kurang lebih dapat dibatasi sebagai ciri – cirri atau keadaan khusus seseorang atau kelompok. Identitas sangat penting terutama untuk membedakan seseorang atau sesuatu  kelompok dari orang atau kelompok lain. Identitas juga merupakan penanda sekaligus yang menguatkan  eksistensi manusia.
Identitas seseorang sering dapat  kita ketahui dari bahasanya atau cara dia berbicara. Seandainya dua orang yang sudah kita kenal betul sedang berbicara di sebuah kamar, kita akan dapat mengenal siapa mereka hanya dari cara mereka berbicara atau berbahasa.

1.12       Bahasa Bersifat Hierarkis
Hirarki adalah pengaturan unsur – unsur secara berurutan mulai dari tingkat yang rendah ( terkecil ) samapi tingkat tertinggi ( terbesar ). Batasan ini menyiratkan bahwa bahasa tersusun dari unit – unit yang mempunyai tingkatan atau tataran yang berbeda – beda. Batasan tersebut juga mengimplikasikan bahwa bahasa bukanlah suatu aliran bunyi yang terus – menerus tanpa perhatian. Setiap unit bahasa mengungkapkan unit makna tertentu dan apabila ada unit makna serta maksud yang ingin disampaikan maka unit – unit atau unsur – unsur bahasa digunakan. Hubungan unsur – unsur secara teratur mulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi itulah yang disebut bahasa.

1.13       Bahasa Besifat Horizontal dan Vertikal
Horizontal berarti terletak pada bidang datar atau garis lurus dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri yang sejajar dengan permukaan bumi, sedangkan vertical berarti tegak  lurus dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang membentuk garis tegak lurus dengan pemukaan bumi. Dimensi  horizontal didasarkan pada sifat bahasa secara linier karena kata – kata atau unsur – unsur bahasa dalam dimensi ini disusun bersama – sama dalam suatu rangkaian yang terdapat dalam suatu wacana.
Dimensi vertical berada di luar wacana. Di luar wacana ( seussure, 966 : 123 ) kata – kata mempunyai jenis hubungan yang berbeda – beda. Kata – kata masing diasosiasikan dalam ingatan, yang menghasilkan kelompok – kelompok yang dapat ditandai oleh relasi yang bervariasi.

1.14       Bahasa Beranalogi, tetapi Tidak Mutlak
Dalam proses belajar bahasa, analogy memainkan peranan penting. Seseorang tidak akan mengahafal semua bentuk bahasa, tetapi cukup mengetahui satu bentuk bahasa yang bersistem, dan beranalogi kepada bentuk itu, dia kemudian menciptakan bentuk bahasa yang baru. Jika dia sudah mengetahui bahwa awal / peN- / membentuk kata benda yang menyatakan alat atau orang yang bertindk atau melakukan sesuatu sebagaimana dinyatakan bentuk dasarnya dalam kata pemukul, beranalogi kepada bentuk itu, dia akan membentuk kata : pengantar, pemborong, pencuci, pendaki, pemabuk, penanam, pengusung, pemvonnis, peawris, dan penziarah.

1.15       Bahasa Diujarkan dan Diperdengarkan
Alat pengujaran dan alat pendengaran merupakan dua kelompok organ manusia yang langsung terlibat dan mamainkan peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Ketunaan salah satu  organ tersebut akan mengakibatkan keterhambatan proses komunikasi lewat bahasa.
Pada kahikatnya, bahasa adalah   sesuatau yang diujarkan. Pesan yang disampaikan melalui ujaran itu harus didengarkan agara terjadi komunikasi bahasa yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan dari pengirim ke penerima melalui bahasa. Ujaran dari pembicara merupakan rangsangan kepada pendengar sehingga pendengar itu kemudian akan memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Respons itu bisa berupa  tindakan dan bisa juga berupa ujaran. Proses berbicara – mendengar untuk member dan menerima pesan merupakan proses berbahasa.

1.16       Bahasa sebagai Pembeda Manusia dari Hewan
Tidak terbayangkan bagaimana jadinya manusia dan kehidupannya, seandainya bahasa tidak diuraikan  oleh Tuhan kepada manusia. Mungkin, manusia akan sama dengan hewan; berkeliaran, telanjang, disembelih, dan mungkin saling membunuh karena manusia akan saling mencari mangsa dama seperti hewan.
Bahasa yang membedakan manusia dari hewan. Bahasa ( Jacobs, 1968 : 8 ) merupakan gambaran karakteristik manusia yang paling utama. Dascartes pernah mengatakan dalam bukunya Discourse on Method Bab V : sesungguhnya adalah fakta bahw tak seorang pun manusia yang bejat dan bodoh, tanpa terkecuali orang – orang idiot, sehingga tidak mampu menyusun suatu ungkapan dari kata – kata yang berbeda untuk mengungkapkan pikirannya dan sebaliknya dan sebaliknya tidak seekor hewan yang dapat menysusun suatu ungkapan untuk mengungkapkan pikirannya betapapun sempurnanya dari terlatihnya hewan tersebut.

1.17       Bahasa sebagai Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian amanat atau pesan dari penyapa          ( pengirim ) kepada pesapa ( penerima ) melalui saluran berupa sistem tanda. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila amanat atau pesan yang disampaikan penyapa dapat diterima pesapa persis sama dengan apa yang ada dalam pikiran penyapa.
Ketika kita berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain, maka kita menggunakan atau menysusun tanda – tanda  atau simbol – simbol verbal sesuai dengan perturan, perjanjian, dan konvensi kebahasaan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Komunikasi selalu dikaitkan dengan bahasa, bahkan sering dianggap bahwa bahasa adalah komunikasi karena pada kenyataanya sistem tanda yang paling  principal dalam komunikasi manusia adalah bahasa.
1.18       Bahasa dan Kebudayaan
Kebudayaan pada hakikatnya sangat kompleks sehingga para ahli selalu memberikan pengertian, pemahaman, dan batasan yang bervariasi terhadap kebudayaan. Dalam pengertian yang sangat luas, Tylor mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan bidang yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat, dn kemampuan – kemampuan serta kebiasaan – kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Perilaku – perilaku yang berguna harus dipelajari dan bukan berasal dari tradisi genetic. Dengan demikian, kebudayaan adalah  cara mengetahui yang harus dimuliki seseorang untuk menjalani tugas – tugas kehidupan  sehari – hari  dan kebudayaan mencakup pengetahuan tentang music, sastra, dan seni.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi. Dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil kebudayaan. Artinya, bahasa  yang dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat  tersebut. Bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya. Kebudayaan yang menjadi wadah suatu bahasa sangat menentukan makna bahasa tersebut. Ungkapan – ungkapan perasaan dalam setiap bahasa mempunyai pusat atau sumber yang beragam.
1.6            Hasil Penulisan
Bahasa adalah sebuah kebutuhan pokok untuk manusia dalam kehidupannya. Ternyata tanpa bahasa manusia tidaklah sempurna, karena bahasa adalah pembeda manusia dengan hewan. Manusia dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya, semenatara hewan dilataih selama apapun hewan tidak akan dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Sistem penyampaian pesan atau sistem komunikasi itulah yang dapat dibagi tiga, yaitu : sistem komunikasi lisan, sistem komunikasi tulisan, sistem komunikasi isyarat.
Kebudayaan ide, tindakan, dan hasil karya manusia tidak akan tercipta jika tidak ada interaksi dan komunikasi antarmanusia. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa tidak ada wujud kebudayaan yang menyadari yakni yang terlepas dari kehidupan manusia. Kebudayaan adalah sesuatu yang tercipta setelah manusia mengadakan interaksi demi mempertahankan kehidupan dan sistem sosial mereka. Manusia yang sejak lahir atau sejak kecil menyadari di hutan tidak akan berbudaya dan tidak akan melahirkan kebudayaan.






KESIMPULAN

Ada tiga sifat bahasa yang utama yaitu bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat. Jelas sudah, bahwa semua lapisan masyarakat perlu belajar dan mengetahui bagaimana hakikat bahasa yang sebenarnya. Manusia senantiasa bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun kenyataan batianiah, yang disimbolkan karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, perasaan, dan tindakan manusia.
Bunyi sebagai ujaran mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling penting adalah bunyi ujaran. Penegrtian arbiter dalam studi bahasa adalah manasuka, asal bunyi atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol ( lambang ) dengan yang dilambangkannya. Konvensi bukan hanya berlaku untuk tataran morfologi atau leksikal, melainkan juga untuk tataran  fonemis, sintaksis, dan semantic. Baik bunyi atau fonem, morfem maupun kalimat yang digunakan dalam suatu bahasa merupakan suatu konvensi. Sistem adalah susunan hubungan berpola dan teratur yang merupakan organisasi bahasa, yang tiap – tiap hubungan itu berfungsi menurut kaidah – kaidah tertentu untuk memungkinkan masyarakat bahasa berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa kemungkinan yang terdapat dalam makna maka makna dapat dibagi atas :
1.      Makna leksikal yaitu makna unsur – unsur bahasa terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksikal ini sering disebut makna sebagaimana yang terdapat dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya, kata laki – laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
2.       Makna kiasan yaitu makna unsur – unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya, buah bibir mempunyai makna menjadi pembicaraan atau omongan orang.
3.      Makna kontekstual yaitu makna unsur bahasa yang didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan. Misalnya, kata bagus dapat berarti jelek ketika seorang ayah mengejek anaknya yang malas belajar dengan menggunakan kalimat patutlah nilaimu sangat bagus.
4.      Makna gramatis yaitu makna yang diperoleh berdasarkan hubungan unsur – unsur bahasa dalam satuan – satuan yang lebih besar. Misalnya, kata mencintai pada kalimat Dia mencintai gadis itu bermakna sebutan atau perbuatan aktif.
Ferguson dan Gumperz mengatakan bahwa variasi adalah ( Allen, 1973 : 92 ) pola – pola ujar manusia yang cukup homogeny untuk dianalisis dengan menggunakan teknik deskripsi sinkronis yang tersedia dan yang mempunyai sejumlah besar repertorium unsur – unsur dan susunan – susunan atau proses – prosesnya memiliki cakupan  semantic yang cukup luas untuk dapat berfungsi dalam segala konteks komunikasi normal. Pada kahikatnya, bahasa adalah   sesuatau yang diujarkan. Pesan yang disampaikan melalui ujaran itu harus didengarkan agara terjadi komunikasi bahasa yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan dari pengirim ke penerima melalui bahasa.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi. Dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil kebudayaan. Artinya, bahasa  yang dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat  tersebut. Bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya. Kebudayaan yang menjadi wadah suatu bahasa sangat menentukan makna bahasa tersebut. Ungkapan – ungkapan perasaan dalam setiap bahasa mempunyai pusat atau sumber yang beragam. 
SARAN

Sebagai jurusan Bahasa Indonesia sudah seharusnya kita memahami hakikat bahasa, apalagi kita adalah calon seorang guru. Terlebih kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena kita dikaruniai akal, pikiran, dan juga bahasa. Dan bahasa jugalah pembeda kita dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Karena hanya manusia yang dapat mengungkapkan perasaannya dengan bahasa. Satu – satunya makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bahasa adalah manusia.
Gunakanlah bahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus mulai belajar dari sekarang menggunakan bahasa yang baik dan benar. Terlebih lagi setelah kita menjadi seorang pengajar atau guru.





DAFTAR PUSTAKA
Drs. Robert Sibarani, M.S. 1992. Hakikat Bahasa. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Alwasilah, A.Chaeder. 1984. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.